Hari Gizi Nasional, Momentum untuk Ingatkan Permasalahan Gizi di Indonesia

Rabu, 27 Januari 2021 - 17:00 WIB
loading...
Hari Gizi Nasional,...
Stunting menjadi salah satu permasalahan gizi di Indonesia. Foto Ilustrasi/Oladoc
A A A
JAKARTA - Hingga kini stunting , obesitas, dan kurangnya konsumsi makanan dengan nutrisi seimbang masih menjadi tiga permasalahan gizi utama di Indonesia. Momen Hari Gizi Nasional (HGN) yang diperingati tanggal 25 Januari setiap tahun selalu menjadi pengingat tentang masih adanya permasalahan gizi tersebut.

Pakar Gizi Dr Johanes Chandrawinata Sp.Gk, MND mengatakan, pengentasan masalah gizi, terlebih di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang, menjadi semakin krusial. Pasalnya, pada periode krisis ini kita amat dituntut untuk menjaga daya tahan tubuh agar terhindar dari paparan virus.



“ Pandemi COVID-19 ini mengharuskan kita menjaga daya tahan tubuh secara optimal. Pada saat yang sama kita juga harus menjaga dan memperbaiki kesehatan tubuh agar terhindar dari berbagai penyakit," kata Dr Johanes atau akrab disapa Dr Jo melalui keterangan tertulis yang disampaikan dalam rangka memperingati HGN, Rabu (27/1).

Sistem imun, lanjut Dr Jo, selalu aktif melaksanakan pengawasan. Namun, aktivitasnya bakal meningkat ketika individu terkena infeksi penyakit.

"Peningkatan aktivitas ini disertai dengan peningkatan metabolisme, yang memerlukan sumber energi serta bahan untuk biosintesa dan molekul pengatur. Sumber energi dan bahan molekul pengatur ini tentu berasal dari diet. Karena itu, kecukupan asupan berbagai jenis zat gizi sangat penting untuk menunjang sistem imun berfungsi secara optimal,” beber Dr Jo.

Guna memberikan pengetahuan kepada masyarakat soal gizi makanan, PT Ajinomoto Indonesia sejak November tahun lalu aktif menggelar webinar yang dihadiri oleh para praktisi dan komunitas kesehatan. Salah satu isu yang diangkat adalah bagaimana menjaga asupan sehat namun lezat dengan mengurangi jumlah garam dalam makanan. Diet rendah garam dan menggantinya dengan monosodium glutamate (MSG) bisa dilakukan agar kita terhindar dari penyakit degeneratif sehingga kemampuan tubuh menjaga sistem imun menjadi optimal.

"Melakukan diet rendah garam menjadi salah satu cara untuk mencegah munculnya penyakit degeneratif. Dengan mencegah hal tersebut, peluang kita untuk menjaga sistem imun semakin tinggi," ujar Dr Jo.

"Sudah banyak penelitian tentang penurunan asupan natrium (garam). Contoh, Halim dkk dalam penelitian terbaru tahun 2020 pada "Journal of Food Science" telah membuktikan peran MSG dalam menjaga rasa nikmat makanan walaupun kadar natriumnya dikurangi antara 30%-60%. Dari penelitian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa penurunan asupan garam dapat dicapai tanpa harus mengorbankan cita rasa makanan dengan penambahan MSG secukupnya,” lanjut Dr Jo.

Menurut Dr Jo, kampanye pemerintah Indonesia terkait Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan pembatasan Gula-Garam-Lemak (GGL) tidak cukup untuk mengentaskan permasalahan gizi di Indonesia.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2087 seconds (0.1#10.140)